Tips Sehat Singset

Pengertian Obesitas

Obesitas atau yang lebih dikenal sebagai kondisi dimana seseorang mengalami kelebihan berat badan jelas berbeda dengan gangguan penglihatan. Namun tahukah kita bahwa keduanya memiliki korelasi bahkan bisa menjadi sebab akibat yang cukup fatal dan mengganggu produktifitas kita sehari-hari? 

Dua hal tersebut menjadi bahasan yang menarik dalam sebuah talkshow bertema kesehatan yang digelar oleh Kementerian kesehatan RI pada 8 Oktober 2019 lalu.

Dibalik segala kemudahannya, dunia digital membawa dampak manusia menjadi minim  melakukan gerakan/aktifitas fisik. Semua dimudahkan hanya dengan menggerakkan jari jemari.

Hasil gambar untuk orang sedang order melalui smartphone

Orang menjadi malas berjalan jauh karena dimudahkan dengan antar jemput kendaraan online. 

Masalah obesitas semakin meningkat di dunia. Hal ini menjadi tantangan yang besar dalam mencegah pertumbuhan penyakit kronis di dunia. Obesitas juga dipicu pertumbuhan industri dan ekonomi, serta perubahan gaya hidup, asupan nutrisi yang semakin banyak dari makanan olahan, atau membantu melangsingkan tubuh dengan tinggi kalori.

Berdasarkan data WHO tahun 2016, sekitar 650 juta penduduk berusia dewasa mengalami obesitas, sedangkan 340 juta anak-anak dan remaja usia 5 hingga 19 tahun mengalami berat badan berlebih. Di Indonesia sendiri, pada tahun 2010, diperkirakan terdapat 23% orang dewasa mengalami obesitas, dan wanita lebih banyak yang mengalaminya dibanding dengan pria.

Masalah obesitas ini terkait dengan peningkatan jumlah kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes, serta beberapa penyakit kanker. Jumlah kematian penderita obesitas yang disertai sejumlah penyakit tersebut lebih banyak dibanding penderita dengan berat badan yang normal.

Penyebab Obesitas

Obesitas terjadi ketika seseorang mengonsumsi makanan dan minuman tinggi kalori tanpa melakukan aktivitas fisik untuk membakar kalori berlebih tersebut. Kalori yang tidak digunakan itu selanjutnya diubah menjadi lemak di dalam tubuh, sehingga membuat seseorang mengalami pertambahan berat badan hingga akhirnya obesitas. Faktor-faktor lain penyebab obesitas adalah:

  • Faktor keturunan atau genetik
  • Kehamilan
  • Kurang tidur
  • Pertambahan usia
  • Penyakit atau masalah medis tertentu

Diagnosis Obesitas

Seseorang dewasa dinyatakan mengalami obesitas, jika indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 25. Perhitungan tersebut didapat dengan membandingkan berat badan dengan tinggi badan. Nilai IMT ini digunakan untuk mengetahui berat badan seseorang normal, kurang atau berlebih, hingga obesitas.

Penanganan obesitas ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan berat badan yang normal dan sehat. Untuk mencapai tujuan ini, maka perlu dilakukan perubahan pola makan, melakukan beberapa cara menahan nafsu makan, dan peningkatan aktivitas fisik. Di samping itu, ada beberapa metode lain untuk mengatasi obesitas, misalnya:

  • Mengikuti konseling dan support group untuk mengatasi masalah psikologis terkait berat badan.
  • Menjalani operasi bariatrik untuk menyembuhkan obesitas pasien.

Penurunan berat badan, meski dalam jumlah kecil, dan mempertahankannya secara stabil dapat mengurangi risiko seseorang mengalami komplikasi penyakit terkait obesitas.

Resiko Obesitas

  • Penyakit Jantung dan Stroke

Kelebihan berat badan dapat menyebabkan seseorang memiliki tekanan darah dan kolesterol tinggi. Keduanya membuat potensi terkena penyakit jantung dan stroke semakin meningkat. Namun, risiko penyakit ini akan semakin menurun seiring penurunan berat badan yang terjadi. Semakin banyak berat badan yang menyusut, maka semakin besar pula kemungkinan untuk terbebas dari penyakit ini.

  • Diabetes tipe 2

Kebanyakan orang yang mengidap diabetes tipe 2 adalah mereka yang memiliki kelebihan berat badan atau obesitas. Risiko diabetes tipe 2 ini bisa dikurangi dengan cara melakukan penurunan berat badan dengan seimbang, tidur cukup, dan sering berolahraga. Penderita diabetes ini akan sangat terbantu jika lebih sering melakukan aktivitas fisik, karena kegiatan itu dapat membantu tubuh mengontrol level gula darah dalam tubuh. Aktif bergerak juga dapat mengurangi kebutuhan bagi diabetes tipe 2 yang diderita.

  • Kanker

Kanker usus, payudara (setelah menopause), lapisan rahim, ginjal, dan kerongkongan bisa terjadi disebabkan oleh obesitas. Bahkan, beberapa penelitian menunjukkan obesitas dapat menyebabkan kanker kantung empedu, ovarium, dan pankreas.

  • Batu Empedu

Penyakit ini potensial terjadi pada orang-orang yang memiliki kelebihan berat badan. Namun, ada yang membuat dilema. Penurunan berat badan yang dilakukan secara drastis pun dapat memperbesar kemungkinan seseorang mengidap penyakit ini.

  • Osteoartritis

Penyakit ini adalah kondisi sendi-sendi yang biasa terjadi pada lutut, pinggul, atau punggung apabila tubuh sering digunakan untuk membawa beban yang berat. Beban ekstra ini memberi tekanan pada sendi-sendi dan melemahkan tulang rawan yang biasa melindunginya. Penurunan berat badan dapat menurunkan tingkat masalah pada lutut, pinggul, dan punggung bagian bawah. Hal ini juga berkorelasi positif dengan proses penyembuhan osteoarthritis.

  • Encok

Ini adalah keluhan kesehatan yang menyangkut persendian. Ini terjadi ketika seseorang memiliki asam urat di dalam darah. Asam urat dapat mengkristal yang mengendap di sendi- sendi. Encok kebanyakan terjadi pada orang-orang yang menderita kelebihan berat badan. Semakin berat bobot tubuh seseorang, semakin besar potensi mengalami encok. Penurunan berat badan yang terlalu derastis juga dapat memantik encok, untuk itu penderita obesitas ada baiknya berkonsultasi pada dokter jika ingin menurunkan berat badannya.

  • Sleep Apnea

Sleep apnea adalah permasalahan pernafasan yang banyak dikaitkan dengan kelebihan berat badan. Kondisi ini memungkinkan seseorang untuk mengorok dengan sangat keras bahkan berhenti bernapas untuk sementara waktu ketika tertidur. Akibatnya, seseorang akan merasa lebih ngantuk di siang hari dan lebih berpotensi terkena penyakit jantung dan struk.

Daftar Makanan Untuk Menurunkan Berat Badan

  • Telur

Telur adalah salah satu makanan terbaik untuk membantu mengurangi angka timbangan. Telur kaya akan protein, lemak sehat, dan bisa membuat Anda kenyang lebih lama dengan jumlah kalori yang sangat rendah. Menariknya, telur termasuk makanan yang padat nutrisi sehingga Anda tak usah takut kekurangan gizi.

  • Sayuran Hijau

Sayuran hijau seperti kangkung dan bayam mengandung kalori dan karbohidrat yang sangat rendah. Sebaliknya, kandungan serat di dalamnya sangat kaya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa makanan tinggi serat membantu membuat Anda kenyang lebih lama.

Oleh karena itu, Anda bisa memenuhi piring makan dengan beragam sayuran hijau  tanpa takut menjadi gemuk. Sayuran hijau sangat bergizi dan kaya akan vitamin serta mineral. Bahkan, sayuran hijau kaya akan kalsium yang telah terbukti membantu berperan dalam proses pembakaran lemak tubuh.

  • Apel

Beberapa penelitian menemukan fakta bahwa makan buah tertentu di antara waktu makan atau tepat sebelum makan bisa membantu menghilangkan rasa lapar. Buah seperti apel sangat cocok dimakan jika Anda sedang dalam program melangsingkan badan. Apel mengandung pektin, serat yang larut dalam air dan bisa membuat Anda kenyang lebih lama.

  • Sup

Beberapa penelitian menunjukkan fakta bahwa sup merupakan makanan rendah kalori yang bisa membuat seseorang merasa kenyang lebih lama. Ini karena sup mengandung banyak air dan sayuran yang kaya akan serat.

Selain itu, dikutip dari penelitian yang diterbitkan dalam The American Journal of Clinical Nutrition makan makanan dengan kadar air yang tinggi efektif untuk mengurangi asupan energi lain yang bersumber dari makanan. Dengan begitu, menambahkan sup ke dalam menu makan Anda bisa membantu mengendalikan berat badan.

Namun, bukan berarti Anda bisa menambahkan banyak lemak seperti santan, krim, atau minyak. Sup yang mengandung banyak lemak otomatis mengandung kalori yang berlebih. Bukannya membuat berat badan turun, makanan ini justru membuat angka timbangan melonjak naik.

  • Alpukat

Berbeda dengan buah-buahan lainnya yang tinggi karbohidrat, alpukat justru kaya akan lemak sehat. Alpukat mengandung asam oleat tak jenuh tunggal, jenis lemak yang ditemukan dalam minyak zaitun. Di samping itu, alpukat juga mengandung banyak air dan serat. Anda bisa menambahkan alpukat ke dalam salad dengan sayuran lainnya sebagai pelengkap.

  • Yoghurt Tinggi Lemak

Yoghurt mengandung probiotik yang bisa meningkatkan kerja usus. Usus yang sehat membantu melindungi tubuh dari peradangan dan resistensi leptin, salah satu kondisi yang mendorong hormon utama penyebab obesitas.

Pilihlah yoghurt yang tinggi lemak karena bisa menurunkan risiko obesitas dan diabetes tipe 2 seiring berjalannya waktu. Sementara itu, yoghurt rendah lemak biasanya tinggi gula (supaya rasanya tetap enak) sehingga sebaiknya Anda menghindari jenis yang satu ini saat sedang menurunkan berat badan.

  • Sayuran cruciferous

Kembang kol, brokoli, lobak, dan selada air termasuk ke dalam makanan penurun berat badan dari keluarga cruciferous. Seperti kebanyakan sayuran lainnya, kandungan serat di dalamnya cukup tinggi. Menariknya, sayuran ini mengandung jumlah protein yang lebih tinggi dibanding yang lainnya.

Kombinasi protein, serat, dan kepadatan energi yang rendah menjadikan sayuran dari kelompok ini bagus untuk menurunkan berat badan. Tak hanya itu, sayuran cruciferous juga terbukti mengandung zat antikanker.

 

CS Kami Akan Membantu Anda Mengirimkan Informasi